Headlines News :
Home » » #Sekuel

#Sekuel

Written By Ujang Saripudin DQ on Selasa, 27 Mei 2014 | 21.57



Tepat pukul 20.00 langit malam tampak cerah, terang bintangpun berkelip bergantian setelah tadi sore diguyur hujan, malam ini terang rembulan nampak diperaduan,  semilir anginpun menambah kesyahduan. Ada kelas yang harus kukejar , satu mata kuliah agama menantiku didepan. Aku harus berangkat ke Kampus  Dengan sisa tenaga yang ada aku bergegas menuju parkiran, lumayan agak jauh. Setelah mesin motor  kupanaskan tidak lebih 5 menit, kutarik gas mantap. “ Aku duluan… “ pamitku pada teman-teman yang masih asik ngobrol diparkiran. Suasana jalan sudah agak lengang, ya! Mungkin sudah agak malam, sesekali saja kulewati beberapa angkot, bus karyawan dan kendaraan lain dalam perjalanan. Motor yang sedang tenang kulaju terpaksa kuhentikan tepat di depan lampu lalu lintas, lampu berwarna merah. Setelah kunetralkan mesin dan tepat di sebelah kanan bahu jalan. Dan ternyata tidak semua pengendara patuh pada peraturan, ada saja pengendara yang coba menerobos lampu merah dengan kecepatan tinggi, tidak peduli dengan keselamatan dirinya dan pengendara lain, ada juga yang menerobos dengan mengendap-endap  tengok kanan kiri lalu tanpa beban melaju dengan pelan. Padahal keluarga mereka menanti dirumah berharap orang –orang yang disayanginya pulang dengan selamat. “ UTAMAKAN SELAMAT, KELUARGA MENANTI DIRUMAH “. Begitulah tulisan yang sering kita baca pada spanduk yang ada hampir di sepanjang jalan. Kenyataannya masih banyak yang melanggar, biasanya kita patuh bila ada polisi yang mengawasi. Padahal diatas sana ada yang Maha Mengawasi. Untuk keselamatan sendiri saja mereka tidak peduli apatah lagi keselamatan orang lain!!  Akh itu sudah biasa, itulah kebiasaan kita, kebiasaan yang sudah membudaya  memang tidak mudah merubahnya. Namun aku tetap setia menunggu lampu berubah warna.

Setelah 30 menit perjalanan atau kurang lebih 20KM jarah yang telah kulalui, sampailah aku disebuah gedung yang sebelah kanan dan kirinya pusat perbelanjaan elektronik dan tepat didepannya ada jalan raya yang malam itu semakin ramai dan diseberang jalan ada pasar malam yang kian marak dengan lagu lagu melayu yang tidak jelas terdengar karena bercampur dengan lagu-lagu yang diputar dari vcd bajakan yang banyak di jajakan disepanjang jalan, ada kaos yang berjejer, sepatu yang tertata di etalase terbuka, perabot rumah tangga, sepatu safety dan teramat banyaak untuk disebutkan. Gedung itu adalah tempatku dan sekian ratus mahasiswa yang menggantungkan cita citanya dalam almamater berwarna biru tua. Parkiran didalam sudah penuh, kuparkir motorku didepan gerbang agak keluar persis dipinggir jalan, tapi yakinku aman karena ada beberapa mahasiswa dari BEM yang tengah asik bercengkerama didepan pintu gerbang. Mungkin mereka memang ditugaskan menjaga keamanan kendaraan yang harus diparkir diluar kampus, Aku tidak tahu!!!. Ketika helm kubuka semilir angin menerpa rambutku yang lepek karena keringat. Lumayan sejuk walaupun udara pinggir jalan tidak segar. Tampak dua anak kecil menghampiri, wajahnya mirip mungkin kakak beradik, entahlah!! Si kakak lelaki yang lebih tinggi memegang gitar kecilnya dan adik perempuannya itu memegang kecrek  yang tersusun dari tutup botol yang dipipihkan di tangan kirinya ada bungkusan permen yang berfungsi menyimpan sumbangan. Tanpa aba-aba mereka kompak mulai bernyanyi :
                “ seraut wajah tampan, sangat mempesona….,
                Dibalik pintu hati, tersimpan rinduku
                Matamu… berpanah asmara
                Bibirmu ba’ telaga madu, aduhai…

                Stop ….. engkau mencuri hatiku… hatiku
                Stop ….. engkau mencuri hatiku…
                Stop ….. engkau mencuri hatiku… hatiku
                Stop ….. engkau mencuri hatiku…

                Tutur bahasamu yang penuh kata-kata manja…
                Bisik- bisik cinta menyentuh hatiku, tak mungkin dapat kulupakan…

                Stop ….. engkau mencuri hatiku… hatiku
                Stop ….. engkau mencuri hatiku…
                Stop ….. engkau mencuri hatiku… hatiku
                Stop ….. engkau mencuri hatiku…

                Didalam dunia hanyalah engkau yang kucinta
                Engkaulah jiwaku engkaulah napasku
Menjadi pendamping hidupku…
Ba’ serumpun, sumpah janji berdua
Ba’ sekata, kita saling setia…..
Ba’ serumpun, sumpah janji berdua
Ba’ sekata, kita saling setia…..

STOP!!!                #Nahloh jadi dangdutan ini, o ya ini cerita sekuel dari curhatan si Aa dengan pa Ustadz, nanti diakhir cerita ini si Aa akan menemukan jawaban dari  curhatannya kemarin. Check it out!!!
Lagu yang mereka bawakan benar-benar mencuri hatiku, hatiku iba, lagu dangdut yang bertema cinta milik Fazal Dath membuat rasa lelah dan kantukku hilang seketika, apalagi pengamen kecil tadi membawakannya dengan nada ceria. Tak tampak bersedih terpancar dari wajah mereka, padahal waktu sudah menunjukan pukul  20.30 kenapa mereka mengamen semalam itu, kemana orang tua mereka? Tanyaku dalam hati. Dimana pula tanggung jawab pemerintah, padahal sudah sangat jelas didalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 34 ayat pertama  yang isinya “ Fakir miskin dan anak anak terlantar dipelihara Negara”. Hm… undang-undang hanya simbolis belaka, hanya sekedar tulisan tanpa pelaksanaan, mungkin pemerintah lupa dengan yang mereka janjikan, ya! Itulah kekuasaan yang selalu mereka perebutkan diajang lima tahunan. Kukeluarkan 2 lembar uang lima ribuan dari dompetku, kumasukan dalam kantong bekas bungkusan permen.  Adik kecil itu tampak senang si kakaknya mengucapkan terima kasih. Lalu mereka hilang ditengah keramaian jalan.

Kunaiki anak tangga satu persatu,kuharus cepat karena 5 menit lagi , kelas agama akan segera dimulai. Aku harus lebih cepat dari pak Saut ( Sa’ud ) masa dosen yang menyambut mahasiswanya! Beliau saja yang jauh dari assafiiyah pondok gede selalu datang tepat waktu, aku yang lebih dekat masa terlambat. Aku menuju lantai tiga. Kampus kami ada empat lantai, lantai pertama ada lab komputer, ruang dosen, mushola dan parkiran. Dilantai dua ada perpustakan, lab komputer hardware dan beberapa kelas yang biasa digunakan untuk kelas pagi. Pijakan terakhir, Alhamdulillah sampai juga. Kupercepat lagi langkahku menuju kelas diujung sana. Pemandangan dari lantai tiga tampak indah sekali, aku dapat menikmati semilir angin kota ini dan kulihat jelas wajah jalanan yang masih tampak ramai dari atas sini. Sebelah utara kampusku terlihat jelas 3 pusat perbelanjaan yang membentuk segi tiga karena jarak satu dengan lainya sangat berdekatan hanya di pisahkan jalan. Kadang kalau malas parkir di kampus atau ada barang yang ingin aku beli biasanya aku parkir motorku disana , di Naga. Kenapa nama pusat perbelanjaan namanya Naga? Nama binatang yang aku pikir hanya ada didongeng disini dijadikan nama sebuah mall. Bagaimana kalau hewan berbadan ular dan berkepala singa yang memiliki sayap dan kaki ini minta royalty karena namanya sudah dipakai! #Nah loh…

Ketika sampai didepan kelas seolah semua pandangan tertuju padaku, semua melihat aneh kearahku suasana hening seketika. Kulihat didepan belum ada dosen tetapi kenapa mereka memandangku seperti itu. “ cie.. si Aa janjian nih…” seloroh nenih memecah suasana kelas. “ kenapa?? “ heranku. Agus yang duduk dibaris kedua member isyarat, aku menoleh ke belakang.
           “ seraut wajah cantik, sangat mempesona….,
                Dibalik pintu hati, tersimpan rinduku
                Matanya… berpanah asmara
                Bibirnya ba’ telaga madu, aduhai…”
“ kenapa A ?” Tanya maria tertunduk malu, tanya maria membuyarkan nyanyian yang serasa diputar dikepalaku, lagu yang dinyanyikan dua nak kecil tadi. Serasa malu rasanya lalu kupersilahkan dia duduk. Maria biasa aku menyapanya, gadis berkerudung itu teman sefakultasku, berkulit bersih dengan wajah yang teramat manis. Hanya aku yang memanggilnya ‘Maria’ teman yang lain biasa memanggil nama belakangnya ‘Yani’. Nama lengkapnya  Maryani, Maria atau Yani  dua nama yang menurutku sama saja.entah kenapa aku memanggilnya Maria tapi aku suka memanggil nama itu.

Selang beberapa menit kemudian pak Saud pun kemudian dating,  ditangan kanannya penuh buku. Dengan senyum berwibawa kelaspun dibuka. Seperti biasa beliau meminta beberapa diantara kami untuk membaca al Quran secara bergantian, tidak ditentukan surahnya hanya disuruh membaca saja.      “ Agus “ pak Saud menyebut nama teman akrabku Agus Yusuf,  ia memintanya  menghapal surah ke 95 surah At Tin ‘Wattini wazzaytun’ ( Demi buah Tin dan Zaitun ). Alhamdulillah 8 ayat berhasil dia lantunkan tanpa melihat mushaf,. Setelah itu dimintanya Neni, Devis, Lydia, Dony juga Maria. Sudah ku duga Maria akan membaca surah Maryam, mungkin surah itu yang paling ia senangi  karena itu pula aku lebih suka memanggilnya dengan panggilan ‘ Maria ‘. Kamipun menyimak bacaan Maria baik-baik. Mendengarkan apa yang diucapkan maria dengan tartilnya, pelan, urut, indah dan lancer. Meskipun tajwidnya belum lurus benar. Maria membacakan ayat-ayat yang mengisahkan penderitaan Maryam setelah melahirkan nabi Isa alaihisalam. Maryam dituduh melakukan perbuatan ingkar. Allah menurunkan mukjijatnya, Isa yang masih bayi bisa berbicara. Benar Maria membaca  surah Maryam ayat 27 sampai 31. Subhanallah….
“ Abdullah Abdurrahman… hai hamba Allah yang penyayang,  Iqro! “ pinta pak Saud kepadaku pak Saud menyebut namaku, nama lengkapku namun biasanya teman-temanmemanggilku hanya dengan sebutan “ Aa “ akronim dari “ Abdullah Abdurrahman “. Aku jadi teringat ayat yang pak Ustadz bacakan untuk menghiburku waktu itu, ketika ku curhat tentang seorang gadis beberapa waktu yang lalu. Ingin kubaca sekali lagi, agar hatiku terhibur kembali. Kuambil mushaf tercinta ku cium penuh takzim kubuka dan kubaca surah al Baqarah ayat 216 yang artinya
“ ……. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah maha mengetahu sedang kamu tidak mengetahui “
Setelah materi kuliah selesai disampaikan, maka pada sesi Tanya jawab yang dibuka akupun segera bertanya, sebenarnya bukan bertanya tapi minta untuk diterangkan secara mendalam ayat yang kubaca tadi, karena rasa penasaranku pada ayat yang oleh ustad berikan sebagai jawaban sekaligus hiburan bagi hatiku yang kemarin resah. Dengan antusias pak Saud pun menjelaskan : “ Apa yang kita ingini baik itu berupa nikmat sehat, berkecukupan harta, rasa cinta dan segala kebaikan ataupun yang kita tidak senangi seperti sakit, kekurangan harta, merasa dimusuhi dan segala keburukan yang tidak kita sukai, sesungguhnya Allah lebih tahu itu baik atau tidaknya bagi kita. Kita sepatutnya bersyukur dengan apa yang ada dan bersabar dengan apa yang belum kita punya. Allah maha mengetahui sedang kita tidak mengetahu. Begitu A..” alhamdulillah penjelasan pak Saud membuat hatiku lebih tenang lagi. “jadi menurut Aa apa kesimpulannya?” Tanya balik pak Saud  kepadaku. “ Apa yang kita senangi dan kita benci janganlah menuruti hawa napsu atau pemikiran kita sendiri melainkan harus berdasarkan ridha Allah dan rasulnya “ jawabku singkat. “ betul sekali A “ pak Saud membenarkanku, kemudian lanjutnya   “ dan untuk mengetahui kebaikan itu telah benar dari Allah dan rasulnya, maka mizan (timbangan) yang harus kita gunakan adalah al Quran dan as Sunnah. Jika menurut Qur’an dan Sunnah baik maka lakukanlah. Itu ….”
Semilir angin malam terasa merasuk kedalam rongga-rongga dadaku hm… sejuk sekali.  Kaca candela mengembun malam pun sudah makin larut, hampir pukul 21.45, kelaspun kami tutup dengan ucapan hamdalah.
“ Alhamdulillah…..”



25 Rajab 1435
Wassalam

Ujang Saripudin


Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Pergaulan Bebas Part 1

Manfaatkan Waktu

Jadwal Shalat

jadwal-sholat

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2013. TARBIYAH SANG MUJAHID - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template