Tepat pukul 20.00 langit malam tampak cerah, terang
bintangpun berkelip bergantian setelah tadi sore diguyur hujan, malam ini
terang rembulan nampak diperaduan, semilir anginpun menambah kesyahduan. Ada kelas yang harus kukejar , satu mata
kuliah agama menantiku didepan. Aku harus berangkat ke Kampus Dengan sisa tenaga yang ada aku bergegas
menuju parkiran, lumayan agak jauh. Setelah mesin motor kupanaskan tidak lebih 5 menit, kutarik gas
mantap. “ Aku duluan… “ pamitku pada teman-teman yang masih asik ngobrol
diparkiran. Suasana jalan sudah agak lengang, ya! Mungkin sudah agak malam,
sesekali saja kulewati beberapa angkot, bus karyawan dan kendaraan lain dalam
perjalanan. Motor yang sedang tenang kulaju terpaksa kuhentikan tepat di depan
lampu lalu lintas, lampu berwarna merah. Setelah kunetralkan mesin dan tepat di
sebelah kanan bahu jalan. Dan ternyata tidak semua pengendara patuh pada
peraturan, ada saja pengendara yang coba menerobos lampu merah dengan kecepatan
tinggi, tidak peduli dengan keselamatan dirinya dan pengendara lain, ada juga
yang menerobos dengan mengendap-endap tengok kanan kiri lalu tanpa beban melaju
dengan pelan. Padahal keluarga mereka menanti dirumah berharap orang
–orang yang disayanginya pulang dengan selamat. “ UTAMAKAN SELAMAT, KELUARGA
MENANTI DIRUMAH “. Begitulah tulisan yang sering kita baca pada spanduk yang
ada hampir di sepanjang jalan. Kenyataannya masih banyak yang melanggar,
biasanya kita patuh bila ada polisi yang mengawasi. Padahal diatas sana ada yang Maha Mengawasi. Untuk
keselamatan sendiri saja mereka tidak peduli apatah lagi keselamatan orang
lain!! Akh itu sudah biasa, itulah
kebiasaan kita, kebiasaan yang sudah membudaya memang tidak mudah merubahnya. Namun aku tetap
setia menunggu lampu berubah warna.
Setelah 30
menit perjalanan atau kurang lebih 20KM jarah yang telah kulalui, sampailah aku
disebuah gedung yang sebelah kanan dan kirinya pusat perbelanjaan elektronik
dan tepat didepannya ada jalan raya yang malam itu semakin ramai dan diseberang
jalan ada pasar malam yang kian marak dengan lagu lagu melayu yang tidak jelas
terdengar karena bercampur dengan lagu-lagu yang diputar dari vcd bajakan yang
banyak di jajakan disepanjang jalan, ada kaos yang berjejer, sepatu yang
tertata di etalase terbuka, perabot rumah tangga, sepatu safety dan teramat
banyaak untuk disebutkan. Gedung itu adalah tempatku dan sekian ratus mahasiswa
yang menggantungkan cita citanya dalam almamater berwarna biru tua. Parkiran
didalam sudah penuh, kuparkir motorku didepan gerbang agak keluar persis dipinggir
jalan, tapi yakinku aman karena ada beberapa mahasiswa dari BEM yang tengah
asik bercengkerama didepan pintu gerbang. Mungkin mereka memang ditugaskan
menjaga keamanan kendaraan yang harus diparkir diluar kampus, Aku tidak tahu!!!.
Ketika helm kubuka semilir angin menerpa rambutku yang lepek karena keringat.
Lumayan sejuk walaupun udara pinggir jalan tidak segar. Tampak dua anak kecil
menghampiri, wajahnya mirip mungkin kakak beradik, entahlah!! Si kakak lelaki
yang lebih tinggi memegang gitar kecilnya dan adik perempuannya itu memegang
kecrek yang tersusun dari tutup botol
yang dipipihkan di tangan kirinya ada bungkusan permen yang berfungsi menyimpan
sumbangan. Tanpa aba-aba mereka kompak mulai bernyanyi :
“ seraut wajah tampan, sangat
mempesona….,
Dibalik pintu hati, tersimpan
rinduku
Matamu… berpanah asmara
Bibirmu ba’ telaga madu,
aduhai…
Stop
….. engkau mencuri hatiku… hatiku
Stop
….. engkau mencuri hatiku…
Stop
….. engkau mencuri hatiku… hatiku
Stop
….. engkau mencuri hatiku…
Tutur bahasamu yang penuh kata-kata manja…
Bisik- bisik cinta menyentuh
hatiku, tak mungkin dapat kulupakan…
Stop ….. engkau mencuri hatiku…
hatiku
Stop ….. engkau mencuri hatiku…
Stop ….. engkau mencuri hatiku…
hatiku
Stop ….. engkau mencuri hatiku…
Didalam dunia hanyalah engkau
yang kucinta
Engkaulah jiwaku engkaulah
napasku
Menjadi
pendamping hidupku…
Ba’ serumpun,
sumpah janji berdua
Ba’ sekata,
kita saling setia…..
Ba’ serumpun,
sumpah janji berdua
Ba’ sekata,
kita saling setia…..
STOP!!! #Nahloh jadi dangdutan ini, o
ya ini cerita sekuel dari curhatan si Aa dengan pa Ustadz, nanti diakhir cerita
ini si Aa akan menemukan jawaban dari
curhatannya kemarin. Check it out!!!
Lagu yang
mereka bawakan benar-benar mencuri hatiku, hatiku iba, lagu dangdut yang
bertema cinta milik Fazal Dath membuat rasa lelah dan kantukku hilang seketika,
apalagi pengamen kecil tadi membawakannya dengan nada ceria. Tak tampak
bersedih terpancar dari wajah mereka, padahal waktu sudah menunjukan pukul 20.30 kenapa mereka mengamen semalam itu,
kemana orang tua mereka? Tanyaku dalam hati. Dimana pula tanggung jawab
pemerintah, padahal sudah sangat jelas didalam Undang Undang Dasar 1945 pasal
34 ayat pertama yang isinya “ Fakir
miskin dan anak anak terlantar dipelihara Negara”. Hm… undang-undang hanya
simbolis belaka, hanya sekedar tulisan tanpa pelaksanaan, mungkin pemerintah
lupa dengan yang mereka janjikan, ya! Itulah kekuasaan yang selalu mereka
perebutkan diajang lima tahunan. Kukeluarkan 2 lembar uang lima ribuan dari
dompetku, kumasukan dalam kantong bekas bungkusan permen. Adik kecil itu tampak senang si kakaknya
mengucapkan terima kasih. Lalu mereka hilang ditengah keramaian jalan.
Kunaiki anak
tangga satu persatu,kuharus cepat karena 5 menit lagi , kelas agama akan segera
dimulai. Aku harus lebih cepat dari pak Saut ( Sa’ud ) masa dosen yang
menyambut mahasiswanya! Beliau saja yang jauh dari assafiiyah pondok gede
selalu datang tepat waktu, aku yang lebih dekat masa terlambat. Aku menuju lantai
tiga. Kampus kami ada empat lantai, lantai pertama ada lab komputer, ruang
dosen, mushola dan parkiran. Dilantai dua ada perpustakan, lab komputer
hardware dan beberapa kelas yang biasa digunakan untuk kelas pagi. Pijakan
terakhir, Alhamdulillah sampai juga. Kupercepat lagi langkahku menuju kelas
diujung sana. Pemandangan dari lantai tiga tampak indah sekali, aku dapat
menikmati semilir angin kota ini dan kulihat jelas wajah jalanan yang masih
tampak ramai dari atas sini. Sebelah utara kampusku terlihat jelas 3 pusat
perbelanjaan yang membentuk segi tiga karena jarak satu dengan lainya sangat
berdekatan hanya di pisahkan jalan. Kadang kalau malas parkir di kampus atau
ada barang yang ingin aku beli biasanya aku parkir motorku disana , di Naga.
Kenapa nama pusat perbelanjaan namanya Naga? Nama binatang yang aku pikir hanya
ada didongeng disini dijadikan nama sebuah mall. Bagaimana kalau hewan berbadan
ular dan berkepala singa yang memiliki sayap dan kaki ini minta royalty karena
namanya sudah dipakai! #Nah loh…
Ketika sampai
didepan kelas seolah semua pandangan tertuju padaku, semua melihat aneh
kearahku suasana hening seketika. Kulihat didepan belum ada dosen tetapi kenapa
mereka memandangku seperti itu. “ cie.. si Aa janjian nih…” seloroh nenih
memecah suasana kelas. “ kenapa?? “ heranku. Agus yang duduk dibaris kedua
member isyarat, aku menoleh ke belakang.
“ seraut wajah cantik, sangat
mempesona….,
Dibalik pintu hati, tersimpan rinduku
Matanya… berpanah asmara
Bibirnya ba’ telaga madu,
aduhai…”
“ kenapa A ?” Tanya maria tertunduk malu, tanya maria
membuyarkan nyanyian yang serasa diputar dikepalaku, lagu yang dinyanyikan dua
nak kecil tadi. Serasa malu rasanya lalu kupersilahkan dia duduk. Maria biasa
aku menyapanya, gadis berkerudung itu teman sefakultasku, berkulit bersih
dengan wajah yang teramat manis. Hanya aku yang memanggilnya ‘Maria’ teman yang
lain biasa memanggil nama belakangnya ‘Yani’. Nama lengkapnya Maryani, Maria atau Yani dua nama yang menurutku sama saja.entah
kenapa aku memanggilnya Maria tapi aku suka memanggil nama itu.
Selang beberapa
menit kemudian pak Saud pun kemudian dating,
ditangan kanannya penuh buku. Dengan senyum berwibawa kelaspun dibuka.
Seperti biasa beliau meminta beberapa diantara kami untuk membaca al Quran
secara bergantian, tidak ditentukan surahnya hanya disuruh membaca saja. “ Agus “ pak Saud menyebut nama teman
akrabku Agus Yusuf, ia memintanya menghapal surah ke 95 surah At Tin ‘Wattini
wazzaytun’ ( Demi buah Tin dan Zaitun ). Alhamdulillah 8 ayat berhasil dia lantunkan
tanpa melihat mushaf,. Setelah itu dimintanya Neni, Devis, Lydia, Dony juga Maria.
Sudah ku duga Maria akan membaca surah Maryam, mungkin surah itu yang paling ia
senangi karena itu pula aku lebih suka
memanggilnya dengan panggilan ‘ Maria ‘. Kamipun menyimak bacaan Maria
baik-baik. Mendengarkan apa yang diucapkan maria dengan tartilnya, pelan, urut,
indah dan lancer. Meskipun tajwidnya belum lurus benar. Maria membacakan
ayat-ayat yang mengisahkan penderitaan Maryam setelah melahirkan nabi Isa
alaihisalam. Maryam dituduh melakukan perbuatan ingkar. Allah menurunkan
mukjijatnya, Isa yang masih bayi bisa berbicara. Benar Maria membaca surah Maryam ayat 27 sampai 31. Subhanallah….
“ Abdullah
Abdurrahman… hai hamba Allah yang penyayang, Iqro! “ pinta pak Saud kepadaku pak Saud
menyebut namaku, nama lengkapku namun biasanya teman-temanmemanggilku hanya
dengan sebutan “ Aa “ akronim dari “ Abdullah Abdurrahman “. Aku jadi teringat
ayat yang pak Ustadz bacakan untuk menghiburku waktu itu, ketika ku curhat
tentang seorang gadis beberapa waktu yang lalu. Ingin kubaca sekali lagi, agar
hatiku terhibur kembali. Kuambil mushaf tercinta ku cium penuh takzim kubuka
dan kubaca surah al Baqarah ayat 216 yang artinya
“ ……. Boleh
jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi (pula)
kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah maha mengetahu
sedang kamu tidak mengetahui “
Setelah materi
kuliah selesai disampaikan, maka pada sesi Tanya jawab yang dibuka akupun
segera bertanya, sebenarnya bukan bertanya tapi minta untuk diterangkan secara
mendalam ayat yang kubaca tadi, karena rasa penasaranku pada ayat yang oleh
ustad berikan sebagai jawaban sekaligus hiburan bagi hatiku yang kemarin resah.
Dengan antusias pak Saud pun menjelaskan : “ Apa yang kita ingini baik itu
berupa nikmat sehat, berkecukupan harta, rasa cinta dan segala kebaikan ataupun
yang kita tidak senangi seperti sakit, kekurangan harta, merasa dimusuhi dan
segala keburukan yang tidak kita sukai, sesungguhnya Allah lebih tahu itu baik
atau tidaknya bagi kita. Kita sepatutnya bersyukur dengan apa yang ada
dan bersabar dengan apa yang belum kita punya. Allah maha mengetahui sedang
kita tidak mengetahu. Begitu A..” alhamdulillah penjelasan pak Saud membuat
hatiku lebih tenang lagi. “jadi menurut Aa apa kesimpulannya?” Tanya balik pak
Saud kepadaku. “ Apa yang kita senangi
dan kita benci janganlah menuruti hawa napsu atau pemikiran kita sendiri
melainkan harus berdasarkan ridha Allah dan rasulnya “ jawabku singkat. “ betul
sekali A “ pak Saud membenarkanku, kemudian lanjutnya “ dan untuk mengetahui kebaikan itu telah
benar dari Allah dan rasulnya, maka mizan (timbangan) yang harus kita gunakan
adalah al Quran dan as Sunnah. Jika menurut Qur’an dan Sunnah baik maka
lakukanlah. Itu ….”
Semilir angin malam terasa merasuk kedalam rongga-rongga
dadaku hm… sejuk sekali. Kaca candela mengembun
malam pun sudah makin larut, hampir pukul 21.45, kelaspun kami tutup dengan
ucapan hamdalah.
“ Alhamdulillah…..”
25 Rajab 1435
Wassalam
Ujang Saripudin
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !