Tepat
didepanku ada dua orang bapak-bapak tengah asik bercengkrama bersama seorang
temannya dalam perjalanan ke
masjid. “ salam boleh dua jari, pilihan tetap nomor satu.prabowo-jokowi “. Kata seorang dari bapak-bapak itu, pernyataan
itu sontak membuat teman disebelahnya tertawa mendengarnya. Aku hanya tersenyum heran, aku pikir bapak itu
hanya bercanda mencoba menghibur temannya atau benar benar tidak tahu kalau
Prabowo dan Jokowi itu bukan pasangan calon presiden dan wakil presiden
melainkan mereka rival diantaranya.
Miris memang banyak diantara kita tidak mengerti benar sosok calon
pemimpin yang kelak memimpin bangsa ini nantinya. Biasanya kita memilih hanya
ikut-ikutan saja, membeo istilahnya, atau kita memilih pemimpin karena terpesona
pada tampilan luarnya saja, pencintrannya saja, agar terbentuk opini publik
yang berkesan terhadapnya. Terlihat merakyat tapi belum tentu ikhlas, terlihat
tegas tapi belu tentu mampu mengamanahkan tugas, pandai beretorika namun belum
tentu bisa bekerja.
“
Satu atau dua pilih Prabowo-Jokowi sebagai Presiden…
Satu
atau dua pilih Hatta atau JK sebagai wakilnya…
Dua
atau satu pilihlah yang engkau mau, yang engkau suka…
Ataukah
dirimu bingung harus pilih satu ataukah dua….”
Untuk yang ada tanda petik “ “ itu bukan puisi ya! Itu lagu
Gamma one lagu kerisauan tentang pilihan, tapi bukan tentang memilih pasangan
apalagi pacar ya!!! Tapi tentang memilih pemimpin lima tahun kedepan. Coba
dibaca sambil dilagukan! Feel the
different.#nahloh..
Sejenak saya cermati dari dua pasangan
calon presiden dan calon wakil presiden ini memliki kesamaan prisip bahwa
jabatan dan kedudukan sebagai obsesi hidup. Kalau tidak pernah (walau sekali)
menjadi orang paling penting dan dihormati serta dihargai masyarakat atau
istilahnya menjadi orang nomor wahid dinegara ini rasanya gimana…. Gitu !!.
jabatan dinegeri ini dianggap “ asset
“ konsekuensi dari memiliki jabatan adalah keuntungan, kelebihan, kemudahan,
kelebihan dan masih banyak setumpuk keistimewaan lainnya. Maka tidaklah heran
jika jabatan nomor satu ini banyak diperebutkan orang. Mereka berbut mengejar
jabatan tanpa mengetahuai siapa sebenarnya dirinya, bagaimana kemampuannya, apa
kompetensi sebagi seorang pemimpin besar serta layakah dirinya memegang
kekuasaan yang begitu besar.
Lantas bagaiman caranya kita memilih
pemimpin yang tepat?
Ada beberapa dosen yang ketika saya tanyai
siapa yang akan mereka pilih, kecenderungan jawaban yang samar terdengar adalah pasangan nomor urut satu
#prabowo_hatta. Tentunya dengan berbagai pertimbangan bijak mereka, bukan
karena mereka simpatisan partai atau mengidolai salah satu pasangan calon. Tapi
di tempat saya bekerja ada juga teman yang sangat suka dengan pasangan nomor
urut dua, katanya #jokowi_jk itu merakyat. Apapun pilihannya minumnya tetap “
teh botol sosro” #nahloh.
Lantas bagaimana sebaiknya kita memilih
seorang pemimpin yang tepat. Al Quran
dan Hadist menyimpulkan minimal ada
empat kriteria yang harus dimiliki oleh seorang sebagai syarat untuk menjadi
pemimpin. Semuanya terkumpul didalam
empat sifat yang dimiliki oleh para Nabi dan Rasul, yaitu : (1). Shidiq yaitu kebenaran dan kesungguhan
didalam bersikap, berucap dan bertindak didalam melaksanakan tugasnya. Lawannya
adalah bohong. (2). Amanah yaitu kepercayaan yang menjadikan
dia memelihara dan menjaga sebaik-baiknya apa yang diamanahkanya baik dari
rakyatnya, terlebih lagi dari Tuhannya. Lawannya adalah khianat. (3). Fathonah artinya
kecerdasan, cakap dan handal yang melahirkan kemampuan dalam mengahadapi dan menyelesaikan masalah yang muncul,
lawannya adalah bodoh.(4). Tabligh yaitu menyampaikan secara jujur
dan bertanggung jawab atas segala tindakan yang diambilnya. Lawannya adalah
menutupi (kekurangan) dan melindungi (kesalahan).
Yakinkan
pada diri kita bahwa kita adalah PEMILIH YANG CERDAS. 5 menit yang sebentar akan menentukan 5 tahun yang
panjang. Jangan masa bodoh dengan menjadi golput atau tidak memilih karena
bingung pilih yang mana, atau malas ke TPS karena puasa, puasa jangan dijadikan
alasan untuk bermalas-malasan justru puasa menjadikan hati kita bersih dan
pilihan kita jernih. Golput itu bukan berarti “Golongan Putih” akan tetapi
golput atau tidak memilih itu adalah #goltem “ Golongan Item” #Nahloh mau dibilang item emangnya?hahaha… Untuk itu
gunakan hak pilih kita sebaiknya, sesuai dengan hati nurani “yang terdalam”.
Takan
lelah… aku menanti,
takan hilang cintaku ini…
hingga saat kau tak terpilih
kan ku kenang dihati saja..
(for Rhoma Irama)
Menjelang
Dhuha, 11 Ramadhan 1435H
Ujang Saripudin ^_^
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !