Headlines News :
Home » » satuATAUdua

satuATAUdua

Written By Ujang Saripudin DQ on Selasa, 08 Juli 2014 | 18.25



Tepat didepanku ada dua orang bapak-bapak tengah asik bercengkrama bersama seorang temannya          dalam perjalanan ke masjid. salam boleh dua jari, pilihan tetap nomor satu.prabowo-jokowi “. Kata seorang dari bapak-bapak itu, pernyataan itu sontak membuat teman disebelahnya tertawa mendengarnya. Aku  hanya tersenyum heran, aku pikir bapak itu hanya bercanda mencoba menghibur temannya atau benar benar tidak tahu kalau Prabowo dan Jokowi itu bukan pasangan calon presiden dan wakil presiden melainkan mereka rival diantaranya.  Miris memang banyak diantara kita tidak mengerti benar sosok calon pemimpin yang kelak memimpin bangsa ini nantinya. Biasanya kita memilih hanya ikut-ikutan saja, membeo istilahnya, atau kita memilih pemimpin karena terpesona pada tampilan luarnya saja, pencintrannya saja, agar terbentuk opini publik yang berkesan terhadapnya. Terlihat merakyat tapi belum tentu ikhlas, terlihat tegas tapi belu tentu mampu mengamanahkan tugas, pandai beretorika namun belum tentu bisa bekerja.

“ Satu atau dua pilih Prabowo-Jokowi sebagai Presiden…
Satu atau dua pilih Hatta atau JK sebagai wakilnya…
Dua atau satu pilihlah yang engkau mau, yang engkau suka…
Ataukah dirimu bingung harus pilih satu ataukah dua….”

Untuk yang ada  tanda petik “ “ itu bukan puisi ya! Itu lagu Gamma one lagu kerisauan tentang pilihan, tapi bukan tentang memilih pasangan apalagi pacar ya!!! Tapi tentang memilih pemimpin lima tahun kedepan. Coba dibaca sambil dilagukan! Feel the different.#nahloh..

Sejenak saya cermati dari dua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden ini memliki kesamaan prisip bahwa jabatan dan kedudukan sebagai obsesi hidup. Kalau tidak pernah (walau sekali) menjadi orang paling penting dan dihormati serta dihargai masyarakat atau istilahnya menjadi orang nomor wahid dinegara ini rasanya gimana…. Gitu !!. jabatan dinegeri ini dianggap “ asset “ konsekuensi dari memiliki jabatan adalah keuntungan, kelebihan, kemudahan, kelebihan dan masih banyak setumpuk keistimewaan lainnya. Maka tidaklah heran jika jabatan nomor satu ini banyak diperebutkan orang. Mereka berbut mengejar jabatan tanpa mengetahuai siapa sebenarnya dirinya, bagaimana kemampuannya, apa kompetensi sebagi seorang pemimpin besar serta layakah dirinya memegang kekuasaan yang begitu besar.

Lantas bagaiman caranya kita memilih pemimpin yang tepat?
Ada beberapa dosen yang ketika saya tanyai siapa yang akan mereka pilih, kecenderungan jawaban yang samar  terdengar adalah pasangan nomor urut satu #prabowo_hatta. Tentunya dengan berbagai pertimbangan bijak mereka, bukan karena mereka simpatisan partai atau mengidolai salah satu pasangan calon. Tapi di tempat saya bekerja ada juga teman yang sangat suka dengan pasangan nomor urut dua, katanya #jokowi_jk itu merakyat. Apapun pilihannya minumnya tetap “ teh botol sosro” #nahloh.
Lantas bagaimana sebaiknya kita memilih seorang pemimpin yang tepat.  Al Quran dan Hadist menyimpulkan  minimal ada empat kriteria yang harus dimiliki oleh seorang sebagai syarat untuk menjadi pemimpin. Semuanya  terkumpul didalam empat sifat yang dimiliki oleh para Nabi dan Rasul, yaitu : (1). Shidiq yaitu kebenaran dan kesungguhan didalam bersikap, berucap dan bertindak didalam melaksanakan tugasnya. Lawannya adalah bohong. (2). Amanah yaitu kepercayaan yang menjadikan dia memelihara dan menjaga sebaik-baiknya apa yang diamanahkanya baik dari rakyatnya, terlebih lagi dari Tuhannya. Lawannya adalah khianat. (3). Fathonah artinya kecerdasan, cakap dan handal yang melahirkan kemampuan dalam mengahadapi  dan menyelesaikan masalah yang muncul, lawannya adalah bodoh.(4). Tabligh yaitu menyampaikan secara jujur dan bertanggung jawab atas segala tindakan yang diambilnya. Lawannya adalah menutupi (kekurangan) dan melindungi (kesalahan).

Yakinkan pada diri kita bahwa kita adalah PEMILIH YANG CERDAS. 5 menit yang sebentar akan menentukan 5 tahun yang panjang. Jangan masa bodoh dengan menjadi golput atau tidak memilih karena bingung pilih yang mana, atau malas ke TPS karena puasa, puasa jangan dijadikan alasan untuk bermalas-malasan justru puasa menjadikan hati kita bersih dan pilihan kita jernih. Golput itu bukan berarti “Golongan Putih” akan tetapi golput atau tidak memilih itu adalah #goltem “ Golongan Item” #Nahloh mau dibilang item emangnya?hahaha… Untuk itu gunakan hak pilih kita sebaiknya, sesuai dengan hati nurani “yang terdalam”.

Takan lelah… aku menanti,
takan hilang cintaku ini…
hingga saat kau tak terpilih
kan ku kenang dihati saja..
(for Rhoma Irama)




Menjelang Dhuha, 11 Ramadhan 1435H

Ujang Saripudin  ^_^                     
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Pergaulan Bebas Part 1

Manfaatkan Waktu

Jadwal Shalat

jadwal-sholat

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2013. TARBIYAH SANG MUJAHID - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template